Monday, 20 July 2015

Tari Legong Lasem



Konon, kata “legong” sendiri berasal dari gabungan kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes atau lentur atau lemah gemulai, dan kata “gong” yang artinya gamelan. Jadi bisa dikatakan kalau gerakan-gerakan Tari Legong ini, terutama gerakan aksennya, bersenyawa dengan bunyi gamelan yang mengiringinya.

Instrumen pengiring Tari Legong memang sangat kuat, biasanya terdiri dari perangkat barungan gamelan Bali, gangsa, jublag, jegogan, kempur, kemong, cenceng, kajar, rehab, suling, dan sepasang gender rambat dan gender barangan. Pertunjukan Tari Legong juga selalu melibatkan juru tandak yang memberikan aksentuasi pada jalan cerita yang di angkat, dan ini menjadi salah satu ciri khas tarian ini.

Setiap kali menyebut Tari Legong, orang biasanya langsung mengartikannya sebagai Tari Legong Keraton Lasem, yang berkisah tentang perjalanan Prabu Lasem. Sebenarnya, Tari Legong ini memiliki banyak varian, seperti Legong Candra Kanta, Legong Kuntul, Legong Goak Macok, Legong Kupu-Kupu Tarum, dan lain-lain. Nama variannya disesuaikan dengan cerita yang dikisahkan dalam tarian Legong. Tari Legong memiliki struktur yang terdiri dari: papeson, pengawak, pangecok, dan pakaad. Sementara gerakan-gerakan ritmis dan dinamis seperti nyeregseg, ngembat, ngumbang, dan gerakan lainnya ikut mendukung jalan cerita yang sangat jelas.

Tari Legong Lasem, yang pada perkembangannya disebut dengan Legong Keraton, pertama kali muncul pada paruh kedua abad ke-19 dan lebih dikenal sebagai kesenian untuk masyarakat yang tinggal di dalam puri. Baru pada awal abad ke-20, Legong Lasem mulai menyebar ke masyarakat di luar puri dan dari waktu-waktu mengalami perubahan bentuk dan struktur penyajiannya.

Biasanya tarian ini dipentaskan oleh dua orang gadis atau lebih. Tarian Legong Lasem biasanya terlebih dahulu, meskipun tidak selalu, menampilkan tokoh Condong sebagai pembuka tarian. Ciri khas lain dari tarian ini adalah penarinya menggunakan kipas, kecuali tokoh Condong.

No comments:

Post a Comment